Gagal Ginjal Kronis
Gagal
ginjal kronis (chronic renal failure) adalah kerusakan gagal ginjal progresif
yang berakibat fatal dan di tandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen
lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis
atau transplantasi ginjal).
Perjalanan klinis
Perjalanan umum gagal ginjal
progresif dapat di bagi menjadi 3 (tiga) stadium, yaitu:
1. Stadium
I, dinamakan penurunan cadangan ginjal.
Selama stadium
ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan penderita asimtomatik. Gangguan
fungsi ginjal hanya dapat di ketahui dengan tes pemekatan kemih dan tes GFR
yang teliti.
2. Stadium
II, dinamakan insufisiensi ginjal
a)
Pada stadium ini, dimana lebih dari 75% jaringan
yang berfungsi telah rusak
b)
GFR besarnya 25% dari normal
c)
Kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat
dari normal
d)
Gejala-gejala nokturia atau sering berkemih di
malam hari sampai 700 ml dan poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan) mulai
timbul.
3. Stadium
III, dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia
a)
Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau
rusak, atau hanya sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh.
b)
Nilai GFR hanya 10% dari kejadian normal.
c)
Kreatinin serum dan BUN akan meningkat dengan
mencolok.
d)
Gejala-gejala yang timbul karena ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh,
yaitu oliguri karena kegagalan glomerulus, sindrom uremik.
Etiologi
Begitu banyak kondisi klinis yang
bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan tetapi, apa pun sebabnya,
respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi
klinis yang memungkin dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari gagal ginjal
sendiri dan diluar ginjal.
1. Penyakit
dari ginjal
a.
Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis.
b.
Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis
c.
Batu ginjal: polycystis kidney
d.
Trauma langsung pada ginjal
e.
Keganasan pada ginjal
f.
Sumbatan: batu, tumor, penyempitan/ striktur
2. Penyakit
umum di luar ginjal
a.
Penyakit sistemik, diabetes melitus, hipertensi,
kolesterol tinggi.
b.
Dyslipdemia
c.
SLE
d.
Infeksi di badan: TBC paru, sifilis, malaria,
hepatitis
e.
Preklamsi
f.
Obat-obatan
g.
Kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka
bakar).
Manifestasi Klinik:
1. Gastrointestinal:
Ulserasi saluran pencernaan dan perdarahan
2. Kardiovaskuler:
Hipertensi, perubahan elektrokardiografi (EKG), perikarditis, efusi
perikardium, dan tamponade perikardium.
3. Respirasi:
Edema paru, efusi pleura, pleuritis
4. Neuromuskular:
lemah, gangguan tidur, sakit kepala, letargi, gangguan muskular, neuropati
perifer, bingung dan koma.
5. Metabolik/
endokrin: inti glukosa, hiperlipidemia,
gangguan hormon seks menyebabkan penurunan libido, impoten, dan
amnenorhoe (wanita)
6. Cairan-elektrolit:
gangguan asam-basa menyebabkan kehilangan sodium sehingga terjadi dehidrasi,
asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia, dan hipokalsemia.
7. Dermatologi:
pucat, hiperpigmentasi, pluritus, eksimosis, dan uremia frost.
8. Abnormal
skeletal: osteodistrofi ginjal menyebabkan osteomalasia
9. Hematologi:
anemia, defek kualitas flatelet, dan perdarahan meningkat.
10. Fungsi
psikososial: perubahan kepribadian dan perilaku serta gangguan proses kognitif
.
Patofisiologi
Fungsi
renal menurun karena produk akhir metabolisme protein tertimbun dalam darah,
sehingga mengakibatkan terjadinya uremia dan mem[engaruhi seluruh sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produksi sampah maka gejala semakin berat.
Gangguan
clearance renal terjadi akibat penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi.
Penurunan laju filtrasi glomerulus dideteksi dengan memeriksa clearance kreatin
urine tampung 24 jam yang menunjukkan penurunan clearance kreatinin dan
peningkatan kadar kreatinin serum.
Retensi
cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan hipertensi. Hipotensi
dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensi dan kerjasama keduanya
meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam mengakibatkan risiko
hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare menyebabkan perpisahan air dan
natrium sehingga status uremik memburuk.
Asidosis
metabolik akibat gagal ginjal tidak mampu mensekresikan asam (H+)
yang berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu
mensekresi ammonia (NH3). Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik
lain terjadi.
Anemia
terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai, memendeknya usia sel
darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk mengalami pendarahan
akibat status uremik pasien, terutama dari saluran pencernaan. Eritropoitenin yang
di produksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum tulang untuk menghasilkan sel
darah merah, dan produksi eritropoietin menurun sehingga mengakibatkan anemia
berat yang di sertai keletihan, angina, dan sesak napas.
Ketidakseimbangan
kalsium dan fosfat merupakan gangguan metabolisme. Kadar serum kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. Jika salah satunya meningkat, maka
fungsi yang lain akan menurun. Dengan menurunnya filtrasi melalui glomerulus
ginjal, maka meningkatkan kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum
kalsium menurun. Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi parathormon
dari kelenjar paratiroid. Tetapi gagal ginjal tubuh tidak merespon normal
terhadap peningkatan sekresi parathormon, sehingga kalsium ditulang menurun,
menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit tulang. Demikian juga, vitamin
D (1,25 dihidrokolekalsiferol) yang
dibentuk di ginjal menurun seiring perkembangan gagal ginjal.
Penatalaksanaan
1. Tujuan
konservasi fungsi ginjal sedapat mungkin
a.
Deteksi dan
obati penyakit gagal ginjal ( kontrol DM, Terapi hipertensi)
b.
Diet teratur rendah protein dengan asam amino
esensial untuk meminimalkan keracunan uremia dan cegah limbah serta malnutrisi.
c.
Pengobatan keadaan yang berhubungan dengan
peningkatan dinamik ginjal.
·
Anemia: rekombinan dan human eritropoetin
·
Eigen: pengganti hormon ginjal
·
Asidosis: ganti bikarbonat dengan infus sodium
bikarbonat /oral
·
Hiperkalemia: diet ketat potasium-kation
pengganti renin.
·
Retensi fosfat: Kurangi diet fosfat (bayam, susu
dan karbonat dalam saluran pencernaan)
2. Lakukan
dialisis atau transplantasi ginjal (ketika ginjal dapat di kontrol dalam waktu
singkat)
Komplikasi
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit
tulang.
1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar