1.
DEFINISI
Hipertiroidisme
adalah suatu keadaan akibat dari produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh
kelenjar tiroid sehingga menyebabkan kadar hormon tiroid didalam darah
berlebihan baik tiroksin (T4),
triiodotironin (T3) atau keduanya. Hipertiroid dijumpai 5 - 7 kali lebih sering
pada wanita dibanding pria dan terjadi pada 1- 2 dari 1000 kehamilan.
Penderita
hipertiroid biasanya mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga
terjadi kehamilan atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan.
Hipertiroidisme tirotoksikosis dapat juga disebut sebagai respon tubuh terhadap
T3 atau T4 berlebihan ,atau keduanya.
2.
ETIOLOGI
·
goitertoksik,
penyakit graves terutamaterjadipadadewasamudadanpada goiter nodular toksik yang
terutamaterjadipadadewasa yang berusialebihtua.
·
Hiperfungsi kelenjar tiroid’ hipofisi, danhipotalamus.
·
Peningkatan TSH akibat malfungsi
kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif
HT terhadap pelepasan keduanya.
·
Hipertiroidisme akibat rnalfungsi
hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah
karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi
hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang
berlebihan.
·
antibody
yangmenyebabkanhipertiroidismepastitimbulsebagaiakibatautoimunitas.
Salah
satu penyebab dari hipertiroidisme adalah graves.Penyakit graves dan goiter toksik.
Penyakit graves suatu bentuk tiroiditisautoimun
yang timbul dengan gejala hipertiroidisme, pembesaran difus kelenjar tiroid,
eksoftalamus, serta gejala dan tanda lain hipermetabolisme ( intoleransipanas,
berkeringat, penurunan berat badan, takikardi, kecemasan, dan keletihan. Penyakit
graves disebab kanolehter dapatnya antibody lgG yang disebut sebagai stimulator
tiroid kerja lama yang bekeja secara langsung pada selfolikeltiroid,
merangsangnya untuk membela (menyebabkan hyperplasia)
dan untuk menyintesis dan menyekresi hormion tiroid secara terus-menerus di luar
control TSH dari hipofisis.
Goiter noduler toksik ditandai dengan nodul kecil terpisah
yang berfungsi secara otonom dalam mensekresi hormone tiroid yang
berlebihan.Penyakit ini tidak terlalu paranh dari penyakit graves,
dalam halinieksoftalmus tidak terjadi,
namun dapat terjadi mata terbelalak dan jarang mengedip akibat peningkatan aktivitas simpatis.
3.
TANDA DAN GEJALAHIPERTIROID:
·
Eksoftalmus
·
Tremor
·
Takikardia
· Pembesarankelenjar tiroid
·
Hiperkinesis
·
Kenaikan BMR sampai 25 %
·
Aneroksia
·
Lekas letih
·
Kesulitan dalam menelan
·
Mual dan muntah
·
Konstipasi
·
Hiptonik obat
·
Peningkatan frekuensi denyut jantung.
·
Peningkatan tonus otot, tremor,
iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin
·
Peningkatan laju metabolisme basal,
peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.
·
Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu
makan baik).
·
Peningkatan frekuensi buang air besar.
·
Gondok (biasanya), yaitu peningkatan
ukuran kelenjar tiroid.
·
Gangguan reproduksi
·
Cepat letih.
·
Tanda bruit.
·
Haid sedikit dan tidak tetap.
·
Pembesaran kelenjar tiroid.
·
Mata melotot (exoptalmus).
4. PATOFISIOLOGI
Kelebihan hormon tiroid akan menyebabkan
kondisi hipermetabolik yang
disertai peningkatan aktifitas simpatis,sehingga menyebabkan :
disertai peningkatan aktifitas simpatis,sehingga menyebabkan :
-peningkatan cardiac output
-Peningkatan konsumsi oksigen
-Peningkatan aliran darah tepi
-Peningkatan suhu tubuh
-Peningkatan konsumsi oksigen
-Peningkatan aliran darah tepi
-Peningkatan suhu tubuh
5. PENATALAKSANAAN
-
terapi yang biasanya diberikan adalah
obat-obatan antitiroid yang menghambat produksi TH atau obat-obatan penyekat
beta untuk menurunkan hiperresponsifitas simpatis. Obat-obatan yang nerusak
jaringan tiroid juga dapat digunakan. Misalnya, iodin radioaktif (I131) yang
diberikan dalam sediaan oral, diserap secara aktif oleh sel tiroid yang
hiperaktif. Setelah masuk I131 merusak sel tersebut. Terapi ini adalah terapi
permanen untuk hipertiroidisme dan sering menyebabkan inndividu menjadi
hipotiroid dan memerlukan penggantian TH seumur hidup.
-
Tiroidektomi parsial atau total dapat menjadi
pilihan terapi. Tiroidektomi total maupun parsial dapat menyebabkan hipotiroidisme.
-
Injeksi tiroid etanol perkutan digunakan
pada pasien yang memiliki nodula tiroid benigna dan pasien yang mengalami
peningkatan resiko pembedahan akibat penyakit jantung atau paru, usia lanjut,
multimorbiditas atau dialisis.
6. KOMPLIKASI
HIPERTIROIDISME
Pada kehamilan meliputi morbiditas
dan mortalitas pada ibu, janin dan bayi baru lahir. Pada ibu dapat diinduksi
hipertensi pada kehamilan, pre-eklamsia, gagal jantung, dan persalinan preterm.
Pada janin dan neonatus dapat terjadi kelahiran mati, goiter, hipertiroiditis
dan hipotiroiditis.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik :
a. Kulit
1) Panas, lembab, banyak keringat, halus, licin, mengkilat, kemerahan.
2) Erythema, pigmentasi, mixedema local.
3) Kuku → terjadi onycholosi → terlepas, rusak.
4) Ujung kuku/jari → terjadi Aerophacy, yaitu perubahan ujung jari → tabuh / clubbing finger disebut PLUMER NAIL.
5) Kalau ada peningkatan suhu → lebih dari 37,8o C → indikasi Krisis Tyroid.
A. PENGKAJIAN
1. Pemeriksaan Fisik :
a. Kulit
1) Panas, lembab, banyak keringat, halus, licin, mengkilat, kemerahan.
2) Erythema, pigmentasi, mixedema local.
3) Kuku → terjadi onycholosi → terlepas, rusak.
4) Ujung kuku/jari → terjadi Aerophacy, yaitu perubahan ujung jari → tabuh / clubbing finger disebut PLUMER NAIL.
5) Kalau ada peningkatan suhu → lebih dari 37,8o C → indikasi Krisis Tyroid.
b. Mata (
Opthalmoptik )
1) Retraksi kelopak mata atas → mata membelalak / tanda Dalrymple.
2) Proptosis ( eksoptalmus ), karena jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limposit.
3) Iritasi Conjunction dan Hemosis.
4) Laktrimasi
5) Ortalmoplegia
6) Tanda Jefrey : kulit tidak dapat mengkerut pada waktu kepala sedikit menunduk dan mata melihat objek yang digerakkan ke atas.
7) Tanda Rosenbach : tremor pada kelopak mata pada waktu mata menutup.
8) Tanda stelwag : mata jarang berkedip.
9) Tanda Dalrymple : retraksi kelopak mata bagian atas sehingga memberi kesan mata membelalak.
10) Tanda Van Graefe : kelopak mata terlambat turun dibandingkan boa mata.
11) Tanda Molbius : kelemahan dalam akomodasi / konvergensi mata / gagal konvergensi.
1) Retraksi kelopak mata atas → mata membelalak / tanda Dalrymple.
2) Proptosis ( eksoptalmus ), karena jaringan orbita dan otot-otot mata diinfiltrasi oleh limposit.
3) Iritasi Conjunction dan Hemosis.
4) Laktrimasi
5) Ortalmoplegia
6) Tanda Jefrey : kulit tidak dapat mengkerut pada waktu kepala sedikit menunduk dan mata melihat objek yang digerakkan ke atas.
7) Tanda Rosenbach : tremor pada kelopak mata pada waktu mata menutup.
8) Tanda stelwag : mata jarang berkedip.
9) Tanda Dalrymple : retraksi kelopak mata bagian atas sehingga memberi kesan mata membelalak.
10) Tanda Van Graefe : kelopak mata terlambat turun dibandingkan boa mata.
11) Tanda Molbius : kelemahan dalam akomodasi / konvergensi mata / gagal konvergensi.
c. Cardio
vaskuler.
1) Peningkatan tekanan darah
2) Tekanan nadi meningkat
3) Takhikardia
4) Aritmia
5) Berdebar-debar
6) Gagal jantung
1) Peningkatan tekanan darah
2) Tekanan nadi meningkat
3) Takhikardia
4) Aritmia
5) Berdebar-debar
6) Gagal jantung
d. Respirasi
1) Perubahan pola nafas
2) Dyspnea
3) Pernafasan dalam
4) Respirasi rate meningkat
1) Perubahan pola nafas
2) Dyspnea
3) Pernafasan dalam
4) Respirasi rate meningkat
e.
Gastrointestinal
1) Poliphagia → nafsu makan meningkat.
2) Diare → bising usus hyperaktif
3) Enek
4) Berat badan turun
1) Poliphagia → nafsu makan meningkat.
2) Diare → bising usus hyperaktif
3) Enek
4) Berat badan turun
f. Otot
1) Kekuatan menurun
2) Kurus
3) Atrofi
4) Tremor
5) Cepat lelah
6) Hyperaktif refleks tendom
1) Kekuatan menurun
2) Kurus
3) Atrofi
4) Tremor
5) Cepat lelah
6) Hyperaktif refleks tendom
g. Sistem
persyarafan
1) Iritabiltas → gelisah
2) Tidak dapat berkonsentrasi
3) Pelupa
4) Mudah pindah perhatian
5) Insomnia
6) Gematar
1) Iritabiltas → gelisah
2) Tidak dapat berkonsentrasi
3) Pelupa
4) Mudah pindah perhatian
5) Insomnia
6) Gematar
h. Status
mental dan emosional
1) Emosi labil → lekas marah, menangis tanpa sebab
2) Iritabilitas
3) Perubahan penampilan
1) Emosi labil → lekas marah, menangis tanpa sebab
2) Iritabilitas
3) Perubahan penampilan
i. Status
ginjal
1) Polyuri ( banyak dan sering kencing ).
2) Polidipsi ( rasa haus berlebihan → banyak minum )
1) Polyuri ( banyak dan sering kencing ).
2) Polidipsi ( rasa haus berlebihan → banyak minum )
j. Status
reproduksi
1) Pada wanita :
a. Hypomenorrhoe
b. Amenorrhoe
Karena kelenjar tyroid mempengaruhi LH
2) Laki-laki :
a. Kehilangan libido
b. Penurunan potensi
1) Pada wanita :
a. Hypomenorrhoe
b. Amenorrhoe
Karena kelenjar tyroid mempengaruhi LH
2) Laki-laki :
a. Kehilangan libido
b. Penurunan potensi
k. Leher
1) Teraba adany apembesaran tyroid ( goiter ).
2) Briut ( + ).
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Serum T3 dan T4 meningkat ( Normal : T3 :8 – 16 g. T4 4-11 g )
b. TSH serum menurun
c. Tyroid → radio aktif iodine up take ( RAIU ) meningkat ( Normal: 10-35 % )
d. BMR meningkar
e. PBI meningkat ( Normal :4 g – 8 g, hypertiroid > 8 g, hypertiroid < g)
1) Teraba adany apembesaran tyroid ( goiter ).
2) Briut ( + ).
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Serum T3 dan T4 meningkat ( Normal : T3 :8 – 16 g. T4 4-11 g )
b. TSH serum menurun
c. Tyroid → radio aktif iodine up take ( RAIU ) meningkat ( Normal: 10-35 % )
d. BMR meningkar
e. PBI meningkat ( Normal :4 g – 8 g, hypertiroid > 8 g, hypertiroid < g)
B. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan diare, mual,nyeri abdomen dan atau peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaporesis.
Tujuan : nutrisi adekuat.
Intervensi :
a. Pantau masukan diet tinggi kalori, tinggi protein, tinggi karbohidrat, tinggi vitamin B.
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan diare, mual,nyeri abdomen dan atau peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaporesis.
Tujuan : nutrisi adekuat.
Intervensi :
a. Pantau masukan diet tinggi kalori, tinggi protein, tinggi karbohidrat, tinggi vitamin B.
Rasional: penurunan BB terusmenerusdalamkeadaanmasukankalori
yang cukupmerupakanindikasikegagalanterhadapterapi anti tiroid
b. Tawarkan makanan dalam jumlah kecil tapi sering dan tambahan diantara waktu makan.
b. Tawarkan makanan dalam jumlah kecil tapi sering dan tambahan diantara waktu makan.
c. Konsulkan pasien
untuk makanan yang disukai.
d. Hindari stimulan : kopi, the, cola, atau makanan yang lain yang mengandung kafein atau teobromin yang meningkatkan perasaan kenyang dan paristaltik.
e. Hindari makanan dengan jumlah yang banyak serat atau makanan yang banyak mengandung bumbu.
f. Berikan dorongan untuk memperbanyak minum 2 sampai 3 liter setiap hari ; hindari jus yang mungkin dapat menyebabkan diare.
g. Berikan lingkungan dengan pengunjung yang cocok bila pasien yang menginginkannya.
h. Timbang pasien setiap hari, pada waktu yang sama dengan timbangan dan pakaian yang sama.
i. Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam.
j. Kaji efektifitas pengobatan untuk mengatasi mual dan nyeri abdomen.
d. Hindari stimulan : kopi, the, cola, atau makanan yang lain yang mengandung kafein atau teobromin yang meningkatkan perasaan kenyang dan paristaltik.
e. Hindari makanan dengan jumlah yang banyak serat atau makanan yang banyak mengandung bumbu.
f. Berikan dorongan untuk memperbanyak minum 2 sampai 3 liter setiap hari ; hindari jus yang mungkin dapat menyebabkan diare.
g. Berikan lingkungan dengan pengunjung yang cocok bila pasien yang menginginkannya.
h. Timbang pasien setiap hari, pada waktu yang sama dengan timbangan dan pakaian yang sama.
i. Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam.
j. Kaji efektifitas pengobatan untuk mengatasi mual dan nyeri abdomen.
Hasil yang
diharapkan / evaluasi :
Berat badan meningkat sampai batas yang normal bagi pasien : makan diet yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen ;tidak yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen; tidak mengalami diare; masukan dan haluaran seimbang.
Berat badan meningkat sampai batas yang normal bagi pasien : makan diet yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen ;tidak yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen; tidak mengalami diare; masukan dan haluaran seimbang.
2. Hipetermia yang
berhubungan dengan status hipermetabolik ditandai dengan panas.
Tujuan : suhu normal 36,5oC – 37,5oC.
Tujuan : suhu normal 36,5oC – 37,5oC.
Intervensi ;
a. Berikan kompres hangat sesuai kebutuhan.
b. Gunakan pakaian dan linen tempat tidur yang tipis.
c. Pertahankan lingkungan yang sejuk.
d. Kaji efektifitas selimut hipetermia bila dilakukan :
- Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.
e. Berikan asetamenofen sesuai pesanan ( aspirin merupakan kontra indikasi )
f. Tingkatkan masukan cairan sampai 2500 ml / hari.
g. Pantau tanda vital, tingkat kesadaran, halyaran urine setiap 2 sampai 4.
h. Kolaborasikan dengan dokter dalam menggunakan tindakan pendinginan tambahan bila keadaannya membutuhkan.
a. Berikan kompres hangat sesuai kebutuhan.
b. Gunakan pakaian dan linen tempat tidur yang tipis.
c. Pertahankan lingkungan yang sejuk.
d. Kaji efektifitas selimut hipetermia bila dilakukan :
- Lakukan tindakan untuk mencegah kerusakan kulit.
e. Berikan asetamenofen sesuai pesanan ( aspirin merupakan kontra indikasi )
f. Tingkatkan masukan cairan sampai 2500 ml / hari.
g. Pantau tanda vital, tingkat kesadaran, halyaran urine setiap 2 sampai 4.
h. Kolaborasikan dengan dokter dalam menggunakan tindakan pendinginan tambahan bila keadaannya membutuhkan.
Hasil yang diharapkan /evaluasi :
a. Pasien sadar dan responsif
b. Tanda-tanda vital dan haluaran urine normal.
3. Intoleran aktivitas yang berhubunagan dengan ketiddakseimbangan
antara suplai oksigen dan kebutuhan karena peningkatan kecepatan metabolisme
dan intoleransi terhadap panas ditandai dengan kelemahan.
Tujuan
: Aktifitas dapat dilakukan sesuai toleransi.
Intervensi
:
a. Kaji tanda vital dasar dan tingkat aktivitas sebelumnya.
b. Batasi akatifitas sampai tingkat toleransi pasien dengan melakukan pangkajian respon( mis:kaji tanda vital selama melakukan aktifitas dan bandingkan dengan tanda vital dasar).
c. Biarkan pasien membuat priorotas dalam perawatan di dalam keterbatasanna.
d. Berikan jarak waktu antara prosedur untuk memungkinkan waktu istitrahat yang cukup.
e. Berikan peralatan yang dibutuhkan, kebutuhan lain untuk mencegah penggunaan energi yang berlebihan oleh pasien sebelum aktivitas.
f. Hentikan aktifitas pada awal timbulnya gejala intoleran : dispnea, takipnea, takikardia, keletihan.
g. Bantu pasien saat melakukan aktifitas yang tidak mampu dilakukan karena kelemahan atau tremor.
h. Rencanakan aktifitas setiap hari dan pola istirahat yang dapat memudahkan meningkatan toleransi untuk perawatan diri.
a. Kaji tanda vital dasar dan tingkat aktivitas sebelumnya.
b. Batasi akatifitas sampai tingkat toleransi pasien dengan melakukan pangkajian respon( mis:kaji tanda vital selama melakukan aktifitas dan bandingkan dengan tanda vital dasar).
c. Biarkan pasien membuat priorotas dalam perawatan di dalam keterbatasanna.
d. Berikan jarak waktu antara prosedur untuk memungkinkan waktu istitrahat yang cukup.
e. Berikan peralatan yang dibutuhkan, kebutuhan lain untuk mencegah penggunaan energi yang berlebihan oleh pasien sebelum aktivitas.
f. Hentikan aktifitas pada awal timbulnya gejala intoleran : dispnea, takipnea, takikardia, keletihan.
g. Bantu pasien saat melakukan aktifitas yang tidak mampu dilakukan karena kelemahan atau tremor.
h. Rencanakan aktifitas setiap hari dan pola istirahat yang dapat memudahkan meningkatan toleransi untuk perawatan diri.
Hasil yang
diharapkan / evaluasi :
a. Menyelesaikan aktifitas yang direncanakan tanpa bukti-bukti intoleran.
b. Meminta bantuan hanya ketika membutuhkan.
a. Menyelesaikan aktifitas yang direncanakan tanpa bukti-bukti intoleran.
b. Meminta bantuan hanya ketika membutuhkan.
4.
Perubahan proses fikir yang berhubungan dengan peningkatan rangsangan sistem
saraf simpatis oleh tingginya kadar hormon tiroid ditandai dengan labil, peka rangsang, gugup.
Tujuan
: tidak terjadi perubahan proses pikir.
Intervensi
:
a. Kaji tingkat kesadaran, orientasi, afek dan persepsi setiap 4 jam sampai 8 jam : laporkan adanya perubahan negatif.
b. Diskusikan perasaan dan respon terhadap situasi dan orang : berikan penekanan bahwa hal tersebut tepat adanya.
c. Berikan lingkungan yang stabil, tenang, tanpa stress, dan tidak merangsang.
1) Atasi lingkunangan yang terlalu berisik.
2) Konsisten dalam waktu dan saat melakukan prosedur atau aktifitas.
3) Batasi pengunjung sesuai kebutuhan.
4) Hindari pergantian personel yang sering.
5) Cegah situasi yang menimulkan kemarahan emosional bila memungkinkan
d. Rencanakan perawatan bersama pasien; berikan penjelasan yang jelas dan singkat.
e. Antisipasi kebutuhan akan pencegahan reaksi hiperaktif.
f. Informasikan pasien bahwa aktifitasnya mungkin dibatasi.
g. Ajarkan teknik menurunkan stress dan kaji penggunaannya oleh pasien.
h. Berikan aktifitas yang menghibur dan benda-benda yang menurunkan rangsangan ; hindari hal-hal yang membutuhkan manipulasi motorik halus.
i. Orientasikan kembali pasien pada lingkungan sesuai dengan yang dibutuhkan dan berikan petunjuk yang mengorientasikan ( misalnya : jam, kalender, gambar-gambar yang dikenal pasien dan sebagainya ).
j. Pantau terhadap reaksi buruk terhadap pengobatan.
a. Kaji tingkat kesadaran, orientasi, afek dan persepsi setiap 4 jam sampai 8 jam : laporkan adanya perubahan negatif.
b. Diskusikan perasaan dan respon terhadap situasi dan orang : berikan penekanan bahwa hal tersebut tepat adanya.
c. Berikan lingkungan yang stabil, tenang, tanpa stress, dan tidak merangsang.
1) Atasi lingkunangan yang terlalu berisik.
2) Konsisten dalam waktu dan saat melakukan prosedur atau aktifitas.
3) Batasi pengunjung sesuai kebutuhan.
4) Hindari pergantian personel yang sering.
5) Cegah situasi yang menimulkan kemarahan emosional bila memungkinkan
d. Rencanakan perawatan bersama pasien; berikan penjelasan yang jelas dan singkat.
e. Antisipasi kebutuhan akan pencegahan reaksi hiperaktif.
f. Informasikan pasien bahwa aktifitasnya mungkin dibatasi.
g. Ajarkan teknik menurunkan stress dan kaji penggunaannya oleh pasien.
h. Berikan aktifitas yang menghibur dan benda-benda yang menurunkan rangsangan ; hindari hal-hal yang membutuhkan manipulasi motorik halus.
i. Orientasikan kembali pasien pada lingkungan sesuai dengan yang dibutuhkan dan berikan petunjuk yang mengorientasikan ( misalnya : jam, kalender, gambar-gambar yang dikenal pasien dan sebagainya ).
j. Pantau terhadap reaksi buruk terhadap pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Prisedan
Wilson. 2006. Patofisiologikonsepklinisdan proses- proses Penyakit. Jakarta:
EGC
Doenges, dkk. 2000. RencanaAsuhanKeperawatan. Jakarta:
EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar